Ada dua moment penting yang
berhubungan dengan olahraga Papua, yaitu PON XX 2020 dan dengan
ditetatpkannya Papua sebagai Lokomotif kebangkitan Olah Raga Nasional,
menuju persiapan Olimpiade dan event-event pertandingan olahraga
Internasional lainnya. Olahraga, Seni dan Budaya Papua sangat Prospektif
sekali, namun masih kurang tersentuh oleh Pembinaan yang Profesional
dan berkelanjutan. Ini saatnya yang sangat tepat sekali guna kebangkitan
olahraga, seni dan budaya Papua sekaligus berdampak pada pembangunan
sumber daya manusia Papua dan juga peningkatan perteumbuhan roda
ekonomi di Provinsi Papua ini. dalam tulisan kali ini, saya memang agak
sedikit banyak mengupas tentang sepakbola di tanah Papua. Karena
sepakbola adalah Agama yang kedua bagi masyarakat Papua, khususnya
pencinta Persipura. Dalam tulisan saya ini memang belumlah secara
lengkap dan masih banyak kekurangannya, namun saya berupaya bisa
menyampaikan secara berurutan mengenai thema yang ada pada tulisan saya
ini. Saya buat tulisan ini dalam bentuk bersambung, karena tidak
tertutup kemungkinan akan saya jadikan dalam bentuk sebuah buku.
KEADAAN ALAM PAPUA
Tanah mulia Papua, selain
hasil sumber daya alamnya yang kaya, pemandangan alam yang indah juga
memiliki kondisi alam yang keras, khususnya pengunungan, sungai, lembah
dan pantai. Sehingga ( secara umum ) kekuatan phisik dari penduduknya
lebih kuat, larinya lebih kencang, stamina daya tahan tinggi dan bakat
alamnya lainnya yang telah mereka miliki dari sejak lahir. Talenta alam
ini bukan hanya ada dalam bidang olahraga, tapi juga ada dalam bidang
seni dan musik. Bagi orang Papua, jalan kaki bukanlah hal yang aneh,
kami sanggup berjalan puluhan km, bahkan tanpa menggenakan alas kaki.
Itu jugalah yang jadi rahasia, mengapa orang-orang Papua begitu kuat
fisik dan staminanya saat bermain sepakbola.
Bagi anda yang pernah melakukan
pendakian ke Puncak Carstensz , anda akan mampir ke Ugimba, desa kecil
yang masuk dalam Kabupaten Intan Jaya dan terdekat dari Puncak
Carstensz. Namun sebelum anda sampai di sana dan menikmati alamnya yang
hijau, udara yang segar dan hidup tanpa listrik, anda harus berjalan
kaki selama 9 jam dulu dari Desa Sugapa. Medannya naik turun dan
melewati sungai yang licin. Para pendaki lain pun juga merasakan hal
yang sama. Di daerah ini masyarakat Papua biasa jalan kaki, baik
anak-anak, yang suka ikut mama-mama pergi ke kota, Timika. Itu bisa
sampai bermalam dulu 3 hari 3 malam di dalam hutan. Orang Papua yang
dari pengunungan bisa lari secepat kilat mendaki medan pengunungan yang
terjal dan berbatu, serta tidak merasa lelah walaupun harus berlari
dalam jarak yang cukup jauh.
Menurut teori , Aspek Geografis
selalu sangat mempengaruhi manusia yang tinggal disuatu daerah. Kondisi
Geografis berpengaruh kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan dasarnya
(membentuk pola manusianya untuk mencari makan, tempat tinggal dan
lainnya). Kondisi Geografis berpengaruh kepada komunikasi manusia dengan
komunitas diluar mereka. Dan lain-lainnya. Propinsi Papua dan Papua
Barat memiliki luas 410.606 Km. Bila dibandingkan dengan pulau Jawa
kira-kira wilayah Papua empat kali lipatnya. Lebih dari 80% tanah Papua
masih asli belum terjamah manusia sehingga Sumber Daya Alam sangat kaya
disana. Penduduk asli Papua di daerah pesisir tidak pernah kelaparan
karena di hutan pantai selalu tersedia pohon Sagu sementara di laut/
pantai Ikan segar tidak ada habis-habisnya. Sementara penduduk di
Pedalaman (termasuk di kabupaten-kabupaten yang sering terjadi konflik),
masyarakat asli memenuhi kebutuhan pangan dengan ubi jalar (Betatas),
ikan sungai dan babi. Baik penduduk pesisir maupun penduduk pedalaman
puluhan tahun yang lalu hidup sangat sederhana dan sifat dan prilaku
mereka juga sangat sederhana. Bila dikaitkan dengan daerah/ kabupaten
yang sering terjadi konflik kondisi geografisnya sangat harus
diperhitungkan. Jarak dari Kota Jayapura ke Kota Wamena dan sekitar
Puncak Jaya kurang lebih 2.000 Km dan sampai tahun 2000 belum ada jalan
darat. Sedangkan secara Topografi pedalaman Papua merupakan pegunungan-pegunungan dan lembah-lembah yang sangat sulit dilalui transportasi apapun.
Aspek Sosiodemografi,
memahami orang Papua dengan karakteristiknya tentu harus paham
Sosiodemografinya. Penduduk Asli Papua mempunyai fisik yang sungguh
berbeda dengan Orang Maluku (propinsi terdekat) apalagi dengan orang
Jawa dan Sumatra. Kondisi geografis alam Papua sejak ratusan tahun lalu
mengkondisikan Orang Asli Papua sangat lambat berinteraksi maupun
berbaur dengan pendatang dari manapun juga. Sampai dengan tahun 1960
penduduk Asli Papua masih sama dengan ratusan tahun yang lalu, berambut
keriting dan berkulit hitam. Yang di pesisir saja lambat berinteraksi
dengan pendatang bagaimana dengan mereka yang di pedalaman dengan jarak
diatas 2.000 Km dari pantai. Bisa dibayangkan bagaimana perkembangan
beradaptasinya dengan pendatang, bisa dibayangkan bagaimana perkembangan
pendidikannya dan intelegensinya.